Generasi Muda Kota Depok Butuh Gelanggang Remaja

Gelanggang remaja yang selama ini dipergunakan sebagai sarana aktualisasi bagi para pemuda dan pemudi, tentunya keberadaan sarana ini sangat diperlukan oleh generasi muda khususnya keberadaan gelanggang remaja di wilayah kecamatan Sukmajaya Kota Depok, Apalagi selama ini keberadaan lapangan dan fasilitas umum yang menjadi sarana aktualisasi diri para pemuda dan pemudi terus berkurang karena sudah di alih fungsikan menjadi lahan terbangun. Maka dengan telah berkurangnya lapangan sepak bola dan fasilitas umum lainnya membuat para pemuda dan pemudi yang ingin mengaktualisasikan diri menjadi semakin minim.

Melihat kondisi ini sepertinya akan semakin sulit untuk mengharapkan munculnya potensi pemuda dan pemudi, baik dibidang olahraga maupun remaja berprestasi lainnya. Oleh karena itu kebutuhan akan keberadaan gelanggang remaja di wilayah kecamatan sukmajaya sangat diperlukan mengingat begitu banyak manfaat yang bisa didapat oleh para remaja yang ingin beraktifitas positif seperti kegiatan olahraga bola basket, bola volley, bulu tangkis maupun futsal tapi juga untuk kegiatan kesenian seperti teater, paduan suara dan sebagainya.

Kegiatan positif para remaja ini memang sangat diperlukan apalagi di wilayah kecamatan sukmajaya begitu maraknya peredaran narkoba dan tawuran antar pelajar yang sudah barang tentu membuat para orangtua merasa khawatir terhadap perkembangan putra dan putrinya. apalagi kegiatan remaja lebih banyak bergerak di luar lingkungan keluarga, karena mereka bukan lagi kanak-kanak. Mereka ingin pengalaman yang lebih luas dengan teman-teman sebaya, Sehingga kecenderungan tersebut merupakan peluang besar masuknya pengaruh negatif yang menjadi sumber timbulnya masalah sosial dan kemasyarakatan oleh remaja.

Mungkinkah keberadaan gelanggang remaja ini bisa terwujud di wilayah Kecamatan Sukmajaya Kota Depok, Semua tergantung dari kemauan pemangku kebijakan yang peduli terhadap keselamatan generasi muda kita dari ancaman bahaya narkoba dan kegiatan negatif lainnya. Potensi ancaman ini harus diantisipasi segera karena para remaja merupakan generasi penerus yang memiliki posisi sangat penting dalam merencanakan masa depan bangsa. Sehingga keberadaan gelanggang remaja sebagai sarana untuk melakukan pembinaan dan pengembangan generasi muda menjadi salah satu usaha yang utama dalam mewujudkan masa depan bangsa. Disamping itu keberadaan gelanggang remaja juga bisa menjadi pemusatan aktivitas remaja yang diharapkan dapat menghasilkan remaja yang mandiri dan berguna bagi Pemerintah Daerah. 

Kebutuhan akan keberadaan gelanggang remaja tidak hanya untuk wilayah Kecamatan Sukmajaya tapi keberadaannya juga sangat dibutuhkan oleh kecamatan lain di Kota Depok. Tidak ada alasan bagi Pemerintah Kota Depok untuk tidak mengalokasikan anggaran bagi terwujudnya gelanggang remaja di tiap kecamatan di Kota Depok, karena potensi pendapatan asli daerah (PAD) Kota Depok dari tahun ketahun selalu mengalami peningkatan. Apalagi program keberadaan gelanggang remaja sudah menjadi program utama dari kementerian pemuda dan olahraga sehingga terkait dengan bantuan anggaran, Pemerintah Kota Depok bisa mengusulkan dengan segera pada kementerian terkait dan Kebutuhan anggaran bisa juga disampaikan pada Pemerintah Propinsi Jawa Barat.

Dana Silpa Untuk Gelanggang Remaja

Ratusan milyar dana program pembangunan di Kota Depok tiap tahun selalu harus kembali ke kas daerah karena Pemerintah Kota Depok tidak mampu mengelola anggaran. Program pembangunan di Kota Depok banyak yang tersendat akibat anggaran tidak terserap secara maksimal sehingga harus dikembalikan ke kas daerah dalam bentuk sisa lebih penggunaann anggaran (silpa). Artinya, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok tidak mampu merealisasikan pembangunan dan menyerap anggaran yang telah ditetapkan. 

Peningkatan Silpa di Kota Depok ini bukanlah satu prestasi yang patut dibanggakan, karena tingginya Silpa membuktikan bahwa penyerapan anggaran di Kota Depok sangat rendah. Indiikator ini juga membuktikan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Depok ternyata tidak sehat, Tingginya Silpa ini juga menunjukan bahwa kinerja Pemerintah Kota Depok tidak optimal, Sehingga berdampak pada macetnya program pembangunan yang langsung menyentuh pada kepentingan masyarakat.

Masih banyak kepentingan masyarakat yang belum tersentuh oleh Pemerintah Kota Depok, misalkan perbaikan jalan, gedung sekolah, pembangunan sarana dan prasarana bagi aktifitas remaja seperti keberadaan gelanggang remaja dan kebutuhan lain berkaitan dengan kepentingan masyarakat. Seharusnya Pemkot Depok lebih cermat dalam merancang sebuah perencanaan. Tingginya Silpa menjadi indikator bahwa Pemkot Depok mempunyai kelemahan dalam hal perencanaan atau membuat perencanaan yang tidak benar.

Tingginya besaran Silpa di Kota Depok tentunya mendorong peningkatan dana idle (nganggur) di perbankan. Seharusnya daripada menempatkan dana di bank, alangkah lebih efektifnya bila dana nganggur tersebut digunakan untuk percepatan pembangunan bagi kepentingan masyarakat, misalkan untuk pembangunan gelanggang remaja di Kota Depok yang keberadaanya sangat dibutuhkan oleh para remaja sebagai wadah untuk kegiatan yang positif, apalagi kehidupan remaja di Kota Depok, kondisinya sangat mengkhawatirkan. Akibat maraknya peredaran narkoba, tawuran antar pelajar, pergaulan bebas dan lain sebagainya.

Menjadi sebuah pertanyaan, mengapa dana Silpa tersebut tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya ? Apakah ada unsur kesengajaan dibalik membengkaknya Silpa Pemerintah Kota Depok dari tahun ke tahun, terutama bila dikaitkan dengan bunga deposito dari sisa lebih penggunaan anggaran tersebut. Apalagi Silpa Pemerintah Kota Depok memang terus membengkak sejak tahun 2006. Silpa tahun 2008 mencapai Rp.200 Milyar, Silpa tahun 2009 sebanyak Rp.197 Milyar, Silpa APBD Tambahan (ABT) 2012 mencapai Rp.256 Milyar dan diprediksi akan terus bertambah pada tahun 2013 menjadi Rp.300 Milyar.

Bunga deposito yang berasal dari sisa lebih penggunaan anggaran Pemkot Depok sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2012, nilainya sangat besar dan dana tersebut disimpan di Bank Jabar Banten Cabang Kota Depok. Bila diperkirakan, rata-rata Silpa tersebut bisa mencapai Rp.250 Milyar/tahun sepanjang 2006-2012. Bila dikalikan dengan bunga deposito tentu nilainya sangat besar. Menjadi sebuah pertanyaan, kemanakah bunga dan berapakah sebenarnya bunga dari dana yang berasal dari Silpa. Siapakah sebenarnya yang menggunakan uang dari bunga deposito Silpa tersebut. Inikan uang rakyat dan diperuntukkan buat rakyat bukan buat kepentingan pribadi atau kelompoknya.

Berita Lainnya : 
 
Template Modify by
Creating Website

Proudly powered by
Blogger